:strip_icc():watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/5417825/original/061791000_1763546978-IMG-20251119-WA0028.jpg)
Transformasi digital telah menjadi pilar utama yang mendorong perubahan fundamental dalam lanskap bisnis dan ekonomi di Indonesia, bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi perusahaan untuk tetap relevan dan kompetitif di era modern. Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mendekati nilai transaksi bruto (GMV) sebesar 100 miliar dolar AS pada tahun 2025, didorong oleh pertumbuhan kuat di sektor seperti e-commerce, layanan keuangan digital, dan media digital. Nilai industri digital Indonesia juga diperkirakan akan meningkat dari 77 miliar dolar AS pada tahun 2022 menjadi 130 miliar dolar AS pada tahun 2025. Dalam ekosistem yang semakin terdigitalisasi ini, peran tim teknologi informasi (IT) telah berevolusi secara signifikan, bertransisi dari fungsi pendukung operasional menjadi penentu strategis keberhasilan transformasi digital.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi digital di Asia Tenggara, didukung oleh populasi muda yang akrab dengan teknologi dan penetrasi internet yang terus meningkat, dengan rata-rata waktu online sekitar 7,7 jam per hari. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan ekonomi digital, mengalokasikan anggaran sebesar 13,4 triliun rupiah pada tahun 2021 untuk mempercepat program digitalisasi nasional. Percepatan ini juga didorong oleh pandemi COVID-19, yang menyebabkan 80 persen interaksi pelanggan di dunia beralih ke ranah digital setelah sebelumnya hanya 36 persen. Namun, transformasi ini tidak luput dari tantangan, termasuk ketidakmerataan infrastruktur digital, regulasi yang belum adaptif, dan rendahnya literasi digital, terutama di wilayah terpencil.
Tim IT, khususnya para Chief Information Officer (CIO), kini dituntut untuk menjadi "digital orchestrator" yang tidak hanya menyelaraskan teknologi dengan proses bisnis, tetapi juga mengantisipasi perubahan, mengelola risiko, dan menggerakkan budaya inovatif dalam organisasi. Menurut Gartner, 94 persen CIO pada tahun 2024 menyatakan bahwa mereka terlibat langsung dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan, menunjukkan pergeseran peran yang signifikan dari operasional ke strategis. Tanggung jawab strategis tim IT mencakup perancangan dan implementasi peta jalan transformasi digital, pemilihan teknologi yang tepat seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), blockchain, cloud computing, dan big data untuk efisiensi operasional dan pengembangan model bisnis baru. Mereka juga krusial dalam membangun arsitektur data yang kuat, menetapkan standar kualitas data untuk pengambilan keputusan berbasis data, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data seperti UU PDP di Indonesia. Keamanan siber menjadi prioritas utama, mengingat rata-rata biaya pelanggaran data global mencapai 4,45 juta dolar AS per insiden pada tahun 2023.
Meskipun memiliki peran yang strategis, tim IT menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perubahan teknologi yang sangat cepat, kompleksitas regulasi, hingga kurangnya sumber daya manusia berkualitas dan keterampilan digital yang memadai. Toddy Siburian, mantan CIO Semen Indonesia, bahkan menyatakan bahwa tantangan CIO di era disrupsi saat ini jauh lebih berat dibandingkan sebelumnya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat luas. Komunitas seperti CIO 200, misalnya, menyediakan platform bagi para pemimpin IT untuk berbagi pengalaman dan mencari solusi bersama di tengah tuntutan transformasi digital yang semakin cepat.
Beberapa perusahaan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan dalam transformasi digital berkat peran strategis tim IT mereka. Contohnya, PT PLN (Persero) menjalankan transformasi digital sebagai bagian dari transformasi korporasi menyeluruh dengan empat pilar utama: green, lean, innovative, dan customer focused. Investasi besar juga mengalir untuk mendukung infrastruktur digital, seperti yang dilakukan Microsoft dengan 1,7 miliar dolar AS untuk infrastruktur cloud dan AI di Indonesia, termasuk program pelatihan untuk 840.000 orang. Indonesia Investment Authority (INA) juga fokus pada investasi di infrastruktur digital seperti jaringan serat optik, pusat data, dan menara telekomunikasi untuk mendukung konektivitas. Wilbertus Darmadi, CIO Toyota Astra Motor, menekankan pentingnya bagi CIO untuk tidak hanya memahami perkembangan teknologi yang pesat, tetapi juga menyelaraskannya dengan tujuan bisnis perusahaan.
Kesimpulannya, tim IT telah bertransformasi dari sekadar penyedia layanan teknis menjadi agen perubahan dan arsitek strategis di balik setiap inisiatif transformasi digital di Indonesia. Keberhasilan transformasi digital bukanlah semata tentang adopsi teknologi canggih, melainkan tentang kemampuan tim IT untuk merancang strategi, mengelola risiko, membangun budaya digital, dan mendorong inovasi yang selaras dengan tujuan bisnis. Dengan komitmen yang kuat dan adaptasi berkelanjutan, peran strategis tim IT akan terus menjadi kunci utama bagi Indonesia untuk mewujudkan visi sebagai kekuatan digital di Asia.